Senin, 06 April 2009

Rumus Jurnalistik Radio, a + b + c = C (bagian 2)

alah satu faktor dari rumus jurnalistik radio, yaitu elemen a atau Accuracy.

Elemen berikutnya adalah:

b (balance)

Balance atau keseimbangan adalah unsur penting berikutnya yang harus diperhatikan dalam jurnalistik radio, jika kita tidak ingin kehilangan kredibilitas. Dalam berita atau liputan yang kita siarkan, setidaknya harus berisi pendapat semua pihak, atau disebut juga ‘cover both side’ terutama jika kasus yang kita angkat kontroversial.

Pada saat kita dikejar deadline sehingga tidak ada pilihan lain dan terpaksa harus menyiarkan sebuah berita yang tidak mendapatkan penjelasan dari masing-masing pihak, pada saat menyiarkan berita itu, kita harus menyebutkan bahwa sampai saat ini kita belum bisa mendapatkan penjelasan dari yang bersangkutan, namun masih terus berusaha mendapatkannya. Namun trik ini tidak dianjurkan, kalau bisa jangan dilakukan jika tidak terpaksa. Jangan lupa untuk selalu menyimpan materi-materi berita yang kontroversial setelah disiarkan, agar kita bisa mendengarkan ulang jika terjadi masalah.

Keseimbangan tidak hanya dinilai dari kesempatan berbicara yang kita berikan kepada yang bersangkutan, namun juga pada durasi, frekwensi dan jam penyiarannya. Jangan sampai pihak yang satu merasa disiarkan lebih sedikit atau lebih pendek dari yang lain. Jangan juga sampai yang satu disiarkan di jam prime time sementara yang lain merasa disiarkan di jam yang sepi pendengar.

Jika kita melupakan faktor b ini, salah-salah radio kita bisa dianggap tidak berimbang dan membela kepentingan sepihak. Di Indonesia, selain masalah politik apalagi menjelang pilkada atau pilpres, kita juga perlu berhati-hati dengan balance pada saat memberitakan masalah agama, ras dan golongan.

Contoh kesulitan yang biasa ditemukan di Indonesia pada saat jurnalis radio berusaha mendapatkan ‘balance’:

* ketakutan atau tekanan dari pihak tertentu
* susah mendapatkan narasumber yang berani bicara dan mau bicara benar
* kurang memiliki data narasumber yang lengkap
* narasumber lebih memilih media yang lebih besar sebagai corong bicara
* reporter dikejar deadline, sehingga laporan pun apa adanya
* boleh ditambah dll…

Rumus Jurnalistik Radio, a + b + c = C (bagian 1)

Sebagai media audio, radio memiliki tantangan lebih untuk menyajikan informasi yang kredibel dan bisa dicerna dengan benar oleh pendengar tanpa distorsi. Radio yang mengandalkan telinga pendengar, juga sering disebut sebagai ‘half ears media’ atau media sambil lalu karena untuk mendengarkan radio, bisa dilakukan sambil melakukan kegiatan yang lain.

Dengan demikian, kredibilitas tidak dapat ditawar dan harus dijaga. Kredibilitas atau saya sebut sebagai C besar (diambil dari huruf depan Credibility), bisa dicapai jika berita yang kita sampaikan memenuhi unsur a, b dan c.

a (ACCURACY)

Accuracy atau kecermatan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembuatan berita radio. Kecermatan dan kehati-hatian dibutuhkan saat kita mencari fakta-fakta yang benar, baik fakta tentang suatu peristiwa, figur maupun nama-nama yang terlibat dalam sebuah berita.

Meski radio memungkinkan untuk menyajikan berita lebih cepat dari media lain, kita tetap harus menyajikan fakta dan tidak boleh menduga-duga. Bukan alasan karena dituntut untuk cepat kita boleh melakukan kesalahan. Editing berita juga harus dilakukan dengan hati-hati, agar fakta-fakta penting tidak dihilangkan hanya sekedar untuk memenuhi target durasi yang sudah ditetapkan.

Jika kita mengangkat berita dari rumor / isu, kita harus secara terbuka memberitahu bahwa yang kita sampaikan ini adalah rumor yang beredar di masyarakat. Kita tidak membohongi pendengar karena faktanya saat ini beredar rumor tersebut di masyarakat.

Berita juga tidak boleh berisi opini radio kita - dalam hal ini newscaster maupun reporter. Kalaupun ada opini, biarlah narasumber yang beropini. Jika mengambil data dari buku ataupun media lain, jangan lupa untuk melakukan recheck terhadap data-data yang ada. Media besar dan terkenal belum tentu tidak bisa salah.

Bila kita tidak cermat dan data yang kita sajikan dalam berita tidak akurat, bisa dipastikan radio kita akan kehilangan kredibilitas dan pendengar. Alih-alih mendapatkan pendengar, yang ada kita bisa berurusan dengan hukum.

Kamis, 02 April 2009

Atribut Kampanye JK Dipreteli Aparat

Palu - Petinggi Partai Golkar terkaget-kaget saat kampanye di Palu, Sulawesi Tengah. Tiba-tiba atribut Golkar yang menempel di bus rombongan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla (JK) dicopoti aparat. Atas perintah siapa?

Press Officer JK Muchlis Hasyim membenarkan pencopotan atribut di Palu, Kamis 2 April kemarin itu. Alasannya atribut parpol tidak boleh melekat pada iring-iringan Wapres.

"Iya betul. Spanduk kami dicabut. Alasannya tidak boleh ada atribut partai yang melekat pada iring-iringan wapres," ujar Muchlis saat dikonfirmasi detikcom via telepon, Jumat (3/4/2009).

Padahal dalam aturan, imbuh Muchlis, atribut kampanye itu diizinkan kalau wapres sedang berkampanye. Lagi pula kendaraan yang dipakai rombongan JK bukan fasilitas negara.

Bukan hanya itu saja, 10 spanduk yang berisi ucapan selamat datang kepada JK, yang dipasang di sepanjang jalan di Palu pun dicabut oleh aparat setempat.

"Ibu Endang Syarwan juga melaporkan kalau 10 spanduk yang dipasang di jalan dicabut aparat," imbuh Muchlis.

Endang Agustini Syarwan Hamid, adalah salah seorang korwil Partai Golkar, istri mantan Mendagri Syarwan Hamid. Namun anehnya spanduk yang bertuliskan 'Selamat Datang' kepada Akbar Tandjung tetap terpasang di sepanjang jalan di Palu. Sementara spanduk JK hilang.