Selasa, 20 Januari 2009

Alasan Penggunaan Bahasa Jurnalistik

Mengapa harus ada bahasa jurnalistik? Mengapa wartawan atau media harus menggunakan gaya bahasa khusus yang berbeda dengan bahasa baku pada umumnya?
Setidaknya ada dua faktor yang mendasari munculnya Bahasa Jurnalistik atau mendorong penggunaan gaya Bahasa Jurnalistik, khususnya dalam hal singkat, padat, dan mudah dipahami:
Pertama, keterbatasan ruang dan waktu. Media massa atau wartawan/penyiar harus melakukan komunikasi cepat dalam ruang (halaman) dan waktu (durasi) yang relatif terbatas. Karena keterbatasan itulah, wartawan/editor harus menyeleksi, memilih, dan memilah fakta terpenting, plus pilihan kata dan kalimat ringkas, padat, efektif, untuk disampaikan kepada publik.
Kedua, kepentingan atau kondisi pembaca, konsumen, atau publik sendiri. Pembaca diasumsikan selalu dalam keadaan bergegas atau punya sedikit waktu untuk membaca, mendengar, atau menonton. “Orang sering membaca koran untuk bersantai. Mereka tidak ingin dipersulit untuk memikirkan apa yang dikatakan, sekalipun mereka sangat berpendidikan.” (Albert L. Hester, Handbook for Third World Journalist, 1987).
Di kota-kota besar, pembaca koran sering dianggap sebagai “pembaca judul berita” (headline readers) atau “pembaca teras berita” (lead readers). Mereka tidak sempat membaca koran secara mendalam karena memiliki waktu terbatas untuk membaca. Yang mereka inginkan adalah segera mengetahui isi berita atau informasi terbaru.
Ketiga, sebagai bahasa komunikasi massa, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Public sebagai komunikan media sifatnya heterogen, berbagai latar belakang pendidikan, budaya, suku, ras, agama, dan sebagainya. Publik juga anonim (tidak dikenal) dan tersebar di berbagai tempat. Karena heterogenitas itu, dalam ukuran intelektualitas, media mengambil tingkat rata-rata –ukuran intelektual minimal— sehingga memilih gaya bahasa, seperti diksi, yang sederhana, umum, dan mudah dimengerti.

Tidak ada komentar: